Reksadana
merupakan salah satu instrumen investasi yang merupakan suatu wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat di mana dana tersebut kemudian
akan dikelola oleh Manajer Investasi (MI) untuk diinvestasikan dalam Portofolio
Efek. Portofolio Efek terdiri dari obligasi, saham, deposito, surat berharga,
dan lain-lain.
Perbandingan Investasi Reksadana dan Emas
Selain investasi
reksadana, investasi emas juga menjadi pilihan yang tepat karena minim risiko
dan juga dapat mengejar kenaikan inflasi sehingga bisa memberikan keuntungan. Namun
untuk memudahkan anda, berikut akan dibahas mengenai perbandingan reksadana dan
emas sebagai instrumen investasi :
1.
Reksadana
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya, Manajer Investasi yang akan mengelola
instrumen pasar modal anda di mana jenis reksadana yang sering dipilih yaitu
pasar uang, obligasi, dan saham dengan tingkat risiko paling kecil hingga besar
namun risiko reksadana saham memang tidak setinggi saham.
Reksadana
termasuk investasi likuid karena hanya membutuhkan 1-3 hari kerja untuk
pencairan hanya saja perekonomian akan berdampak pada investasi reksadana
apalagi jika anda tidak pintar dalam mengelola portofolio dan melihat kondisi perekonomian.
Meskipun
sudah dikelola oleh Manajer Investasi, bukan berarti dapat menjamin anda tidak
akan mengalami resiko. Jadi anda harus benar-benar memahami pasar uang dan
pasar saham jika ingin berinvestasi reksadana.
Apalagi
jika anda membeli reksadana saham yang tentu berdampak pada perekonomian.
Return reksadana yang didapatkan tidak pasti jika anda tidak mengamati
perkembangan perekonomian yang akan berujung kerugian. Asal memilih Manajer
Invesetasi juga akan meningkatkan risiko kerugian dan gagal bayar oleh Manajer
Investasi.
Contohnya
dari kasus PT Asuransi Jiwasraya terkait industri pasar modal terutama industri
reksadana. Setelah sedikitnya 800 rekening efek terkait Jiwasraya diblokir oleh
Kejaksaan Agung, sejumlah perusahaan MI dikabarkan tidak mampu membayar nasabah
yang ingin menarik dana reksadana mereka.
Hal
ini tentu merugikan nasabah membuat pencairan dana yang harusnya hanya
membutuhkan 1-3 hari malah membutuhkan waktu lebih lama karena gagal bayar dari
MI. Inilah yang menjadi pertimbangan banyak investor karena risiko gagal bayar
MI jika salah dan asal dalam memilih MI.
2.
Emas
Emas
menjadi instrumen investasi yang sangat likuid sehingga sering dijadikan
sebagai investasi banyak orang dan dapat dijual kembali ketika membutuhkan dana
darurat. Hasil penjualan bisa didapatkan pada saat itu juga saat dijual.
Apalagi harga jual emas yang juga selalu meningkat setiap tahunnya sehingga
emas menjadi salah satu investasi tanpa risiko yang tinggi.
Bahkan
dalam satu tahun terakhir ini, harga emas meningkat hingga hampir mencapai 50%
meskipun perekonomian sedang dalam keadaan yang tidak stabil karena wabah virus
corona. Saat ini bahkan harga emas per gram sudah mencapai Rp 1 jutaan
sedangkan pada tahun lalu hanya sekitar Rp 700 ribuan. Hal inilah yang menjadi
salah satu alasan banyak yang menyukai berinvestasi emas batangan.
Selain
investasi emas batangan, investasireksadana, dan investasi saham, anda juga dapat berinvestasi emas
digital dengan emas yang bisa dibeli mulai 0.01 gram di Sehatigold.com dibandingkan
emas batangan yang bisa dibeli minimum 1 gram. Tidak perlu khawatir karena emas
digital ini nantinya dapat ditukar menjadi emas batangan atau logam mulia
sesuai berat emas digital yang sudah anda investasikan.
Deskripsi
: investasi reksadana berbeda dengan investasi emas di mana emas memiliki
risiko yang lebih kecil dan likuid.
0 Komentar